Minggu, 17 Maret 2013

MEREKAYASA GELOMBANG OTAK
Kemampuan manusia ternyata sungguh hebat, termasuk juga kemampuan untuk merekayasa gelombang otaknya. Ini berarti manusia memiliki hak untuk mengatur bagaimana dia bisa bahagia, sedih, stress dan juga mengatur otaknya agar memiliki kemampuan super.
Salah satu rekayasa otak yang kini sedang dipopolerkan di Jakarta adalah MindGym. Konon, menurut pendirinya, inilah pusat kebugaran otak satu-satunya di Indonesia, bahkan mungkin dunia. Di tempat ini tersedia berbagai macam sarana modern sebagai penunjangnya.
MindGym nama tempat itu. Ia serupa tapi tak sama dengan sport center atau fitness center. Bedanya, yang satu tempat untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran pikiran, yang lain untuk kebugaran jasmani.
Lalu apa bedanya dengan spa yang juga biasa disediakan oleh hotel-hotel besar? “Spa itu merupakan health club dengan tujuan membuat tubuh langsing. Di sana orang berdiet, menjaga kesehatan, dan menghilangkan stres,” kata Api Surya Winata, pemilik sekaligus pengelola MindGym di Hotel Kebayoran, Kebayoran Baru, Jakarta.
Sedangkan MindGym, menurut dia, lebih merupakan tempat latihan untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran pikiran. Peralatan penunjang yang tersedia di tempat itu menjadi lain pula. Ada lebih dari 10 macam alat, di antaranya VibraSound Table, FloatTank, OxygenBar, kursi dan ranjang goyang IMS, dan kursi pijat. Beberapa dari peralatan era abad XXI yang disebut mind machine itu didatangkan dari Amerika Serikat, Belgia, Australia, dan Jerman. Produk dalam negeri juga ada, misalnya kursi pijat. “Dengan berbagai peralatan tersebut, kemampuan atau daya pikir, kreativitas, bisa ditingkatkan,” kata Surya Winata.
Konon, pusat kebugaran pikiran MindGym tersebut merupakan satu-satunya di Indonesia, bahkan mungkin di dunia. “Di Amerika sendiri tidak ada MindGym, yang ada float station center. Sarana yang ada cuma FloatTank. Di sebuah hotel di Singapura dan Thailand juga cuma terdapat satu FloatTank. Sementara MindGym di Hotel Kebayoran, Jakarta, memiliki tiga FloatTank plus beberapa alat penunjang lain,” kata Surya Winata.
Daya pikir maupun kreativitas dipengaruhi oleh perkembangan harmonis antara belahan otak kiri (yang bertanggung jawab atas daya pikir logis) dan otak kanan (yang bertanggung jawab atas daya imajinasi). Dalam hal ini, katanya, MindGym menyediakan sarana yang bisa mengembangkan kedua bagian otak.
Selain itu, tambah Surya Winata, pusat kebugaran pikiran ini juga bisa menciptakan “dunia” lain di luar rutinitas sehari-hari. Kejenuhan menghadapi rutinitas sehari-hari yang melahirkan stres bisa dihilangkan sehingga pikiran jadi tenang dan rileks.
“Jangan terpaku pada alunan musiknya, tetapi rasakan getaran yang ditimbulkan. Nikmati dengan rileks,” kata Api Surya Winata ketika kami mencoba peralatan yang disebut VibraSound Table di MindGym.
Alat itu berupa ranjang dengan kasur air (water bed), tetapi bagian pinggirnya dikelilingi ruang berudara. Di bagian bawah ranjang dipasang empat buah perangkat pengeras suara yang mengalunkan musik. Sembari leyeh-leyeh mendengarkan musik, orang yang berbaring di atas VibraSound merasa seolah-olah seluruh tubuhnya dipijat. Efek getaran (vibrasi) khusus yang dirasakan seperti pijatan itu akibat suara musik yang merambat dan menggetarkan media air dalam kasur air.
“Seluruh tubuh serasa dipijat secara serentak. Badan merasa rileks dan gampang tidur. Karena itu alat ini baik bagi penderita insomnia. Dengan berbaring di atasnya, orang yang susah tidur menjadi cepat pulas dan bermimpi,” jelas Surya Winata. Makanya, tidak salah kalau alat itu juga dijuluki dream machine.
Efek getaran itu, menurut Surya Winata, ibaratnya sampai menembus tulang sumsum karena menjadikan tubuh mencapai suasana rileks yang sempurna dan total. “Dalam kondisi rileks, stres akan hilang dengan sendirinya. Otak pun menjadi lebih sehat dan daya pikir menjadi lebih jernih dan tambah kreatif.”
Ada juga peralatan yang fungsinya senada dengan VibraSound alias “ranjang getar”, hanya saja bentuknya berupa kursi dan ranjang. Istilahnya kursi dan ranjang Integrative Motion System (IMS). “Kursi dan ranjang IMS itu dapat mengintegrasikan belahan otak kiri dan otak kanan sehingga bisa bekerja lebih harmonis,” ujar Surya Winata.
Begitu diaktifkan, kursi dan ranjang IMS akan memberikan efek getaran dan goyangan lembut beraturan, mengikuti gerak irama musik tertentu. Namun goyangan itu tidak membuat pusing atau mabuk (motion sickness) seperti kalau naik kendaraan darat, laut, atau udara. Sebaliknya, justru memperlancar peredaran darah. “Aliran darah terasa melaju sampai ke ujung-ujung jari, bahkan sampai ke otak. Dengan begitu otak memperoleh pasokan oksigen lebih banyak,” jelasnya.
Seperti diketahui, oksigen sangat berguna dan penting bagi kehidupan otak. Volume otak manusia memang hanya sekitar 2% dari berat badan, namun otak membutuhkan oksigen sebanyak 25% dari seluruh O2 yang masuk ke dalam tubuh. Dengan menggunakan perangkat itu, O2 akan lebih banyak mengalir ke otak. Jadi, lanjutnya, kursi dan ranjang getar IMS berfungsi memacu dan melancarkan aliran darah untuk membawa O2 ke seluruh tubuh secara sempurna.
Pasokan oksigen yang cukup menjadikan otak lebih sehat. “Otak yang lebih sehat mampu berpikir lebih sempurna dan lebih kreatif. Otak kiri dan otak kanan lebih harmonis. Makanya, alat itu sering disebut mind machine.”
VibraSound Table maupun kursi dan ranjang IMS sama-sama memberikan sensasi yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Sensasi itu, kata Surya Winata, muncul gara-gara adanya endorphin dalam tubuh – suatu hormon yang menimbulkan perasaan senang. “Tubuh merupakan electrical unit dan juga kumpulan getaran. Jadi, tubuh juga akan merasakan ‘senang’ kalau menerima getaran yang sesuai,” ujarnya.
MindGym juga menyediakan sarana untuk “mengapung” (floating) di atas permukaan air atau di atas kasur air. Kalau ingin mengapung di permukaan air, bisa dicoba FloatTank. Alat yang menjadi primadona MindGym ini menyerupai bak mandi di dalam ruang kedap suara, tanpa cahaya, dan bebas dari pengaruh gravitasi bumi.
FloatTank berisi larutan air garam khusus dengan berat jenis (BJ) 1,3. Dengan demikian tubuh manusia yang berat jenisnya 1 tidak akan tenggelam, tetapi mengapung di permukaannya. “Badan seakan-akan kehilangan bobot. Pada kondisi demikian, otak terbebas dari beban balancing,” kata Api Surya Winata. Dalam keadaan biasa 85% fungsi otak terganggu oleh keinginan untuk melakukan penyeimbangan (balancing).
Menurut seorang dokter dari AS, demikian Surya Winata, kalau tidak dibebani balancing, otak akan mampu bekerja lebih sempurna. FloatTank, katanya, merupakan salah satu cara untuk bisa mencapai kondisi otak tanpa beban demikian.
Pada saat mengapung selama beberapa menit di dalam FloatTank, tubuh serasa mengikuti aliran kosmik. “Dengan begitu gelombang otak (brainwave) akan mudah berubah dari gelombang beta menjadi alfa, kemudian theta, dan akhirnya mencapai gelombang delta – kondisi yang menjadikan gampang tidur,” jelas Surya Winata. Makanya, FloatTank dijuluki instant yoga. Selain mengoptimalkan kemampuan otak dan meningkatkan kreativitas otak, FloatTank juga menjadi sarana untuk mencapai top performance level atau kondisi puncak penampilan.
Kalau enggan berbasah-basah, bisa mencoba DryFloat. Sarana ini berupa kasur air (water bed) yang memungkinkan seseorang “mengapung” tapi badan tetap kering. Badan dibiarkan berbaring rileks di atas kasur air, dan kemudian diputarkan musik bersuasana suara unsur-unsur alam. Ada suara angin, jangkrik, kodok, deburan ombak, gemericik air terjun, dsb.
“Alunan musik suara alam (back to nature music) membawa otak manusia ke suasana yang benar-benar rileks. Tidak ada tekanan atau beban lagi. Otak menjadi lebih sehat dan pikiran pun jernih sehingga mampu memecahkan berbagai macam problem,” tutur Surya Winata.
Konon, bersantai di DryFloat sambil menikmati alunan musik suara alam juga bisa melahirkan ilham. Makanya, DryFloat juga disebut ThinkWell. “Tempat untuk menggali ide atau gagasan yang berguna. Di sana otak bisa berpikir dengan baik. Untuk memperoleh ide yang luar biasa, otak mesti dalam suasana tenang. Otak yang lelah tidak mungkin dipaksa terus bekerja dan berkreasi. Ia perlu istirahat; bebas dari tekanan,” tuturnya.
Menurut Surya Winata, FloatTank, juga dapat mempercantik kulit. “Dengan floating, wanita akan tampak lebih cantik dan lebih muda. Ada dasar ilmiahnya. Stres hilang, otot-otot di bagian wajah pun menjadi lebih rileks. Jadi, selain otak encer, tampilan luar pun tambah cantik,” katanya.
Kalau ingin tampak makin segar lagi bisa mencoba OxygenBar. Bar menyediakan oksigen murni 85% yang disalurkan dari tabung oksigen ke bola kaca. “Dengan mengirup oksigen murni lewat globe kaca itu selama 15 menit, tubuh menjadi lebih segar,” ujar Surya Winata sembari menambahkan, bar semacam ini cukup populer di Jepang.
Kalau Anda ingin mengenali jati diri atau bermeditasi, di arena MindGym juga tersedia sarana penunjang yang dinamai MirrorChamber. Ia berupa sebuah ruang khusus berbentuk kubus dan berdinding kaca cermin. Di dalamnya terdapat genta yang bila dibunyikan akan menimbulkan efek getaran (gelombang) suara dengan frekuensi tertentu.
Getaran itu akan mempercepat pikiran mencapai suasana hening. Hanya dengan duduk bersila di dalam MirrorChamber, efek getaran suara genta akan cepat membawa ke suasana meditasi. Getaran gelombang beta akan cepat masuk ke gelombang alfa, gelombang theta, dan akhirnya sampai gelombang delta.
Gelombang theta, menurut Surya Winata, merupakan gelombang otak (brainwave) paling kreatif. Sayang sekali jarang yang bisa berlama-lama berada pada gelombang ini. Sebab, begitu berada pada gelombang theta, sebentar kemudian segera terseret masuk ke alam tidur (gelombang delta). Kalau bisa tetap berada pada gelombang theta (antara alam tidur dan melek), itu saat yang paling kreatif.
Suasana meditasi juga bisa dirasakan ketika duduk bersemedi di bawah PyramidPower. Sarana berupa bidang piramida ini juga cepat membawa ke “dunia” atau dimensi lain. MirrorChamber dan PyramidPower sebenarnya merupakan jembatan menuju ke suasana spiritual sehingga keduanya juga disebut sarana instant yoga.
“MirrorChamber dan PyramidPower akan membawa kita keluar dari dimensi ruang dan waktu, kemudian masuk ke dimensi lain. Keduanya sebagai sarana untuk lepas dari suasana duniawi,” kata Noerhadi, konsultan supranatural Hotel Kebayoran. “Pikiran yang ruwet dan gelisah pun akan menjadi tenang. Hening.”
Untuk mencapai ketenangan, cukup dengan duduk bersimpuh di bawah bidang PyramidPower. “Tarik napas perlahan sampai tak terasa bernapas lagi. Kemudian, blek orang itu pun tertidur pulas,” tutur Noerhadi.
Kedua sarana meditasi itu, menurut Surya Winata, akan membantu otak bekerja lebih tenang. Otak kiri dan otak kanan lebih menyatu dan harmonis.
Saat ini MindGym baru diminati kalangan tertentu, terutama para ilmuwan luar negeri, staf kedutaan besar, dan pengunjung hotel. Pusat kebugaran pikiran ini dibuka pagi, siang, dan sore. Mulai pukul 06.00 – 23.00 WIB.
“Tarifnya AS $ 20 – 50 per 45 menit. Bagi pengunjung hotel ada korting 50%,” kata Api Surya Winata, pendiri “MindGym” sekaligus general manajer Hotel Kebayoran. “Lama terapi setiap alat idealnya 45 menit. Tapi ada juga yang karena keenakan sampai berjam-jam.”
Pengunjung MindGym tidak harus menggunakan semua peralatan yang ada. Ibarat masuk ke restoran, mereka dipersilakan memesan menu makanan sesuai selera dan kemampuan perut. Demikian pula di arena MindGym mereka bebas mencoba sarana yang tersedia. Pilih mana yang disukai dan dianggap paling cocok. Tapi boleh-boleh saja kalau ingin mencoba semua peralatan yang ada.
Meski jenis peralatan sudah cukup lengkap, menurut Api Surya Winata, pusat kebugaran pikiran MindGym ini belum dibuka secara resmi. “Masih menunggu saat yang tepat,” katanya.
Sebagaimana telah dipaparkan di atas, bahwa berdasarkan pemeriksaan dilaboratium, rumah sakit, atau pusat2 penelititan fungsi otak manusia, di Amerika, Eropah bahkan di Asia, bahwa otak (pusat syaraf) manusia, dapat diperiksa, dimonitor bahkan dapat direkam mempergunakan peralatan, yang disebut EEG atau electroencephalogram dan juga BRAIN MAPPING.
Perbedaannya adalah bahwa Brain Mapping hanya memeriksa secara FISIK , gangguan, kerusakan atau kecacatan otak (pusat syaraf) tersebut, misalkan “tumor (kanker) otak, pecahnya pembulu darah otak (struck), benturan pada kepala dan seterusnya.”
Sedangkan EEG (electroencephalogram) , yang diperiksa, dimonitor dan direkam adalah GETARAN, frekwensi, sinyal atau GELOMBANG otaknya, yang kemudian di-“klasifikasi” kan kedalam beberapa kondisi kesadaran, bawah sadar, keadaan tidur atau mimpi dan seterusnya
Getaran atau frekwensi adalah jumlah pulsa (impuls) perdetik dengan satuan hz (khz atau Mhz), contoh frekwensi jala-jala listrik PLN untuk perumahan di-Indonesia adalah (50 Hz) pada tegangan 220/380 Volt AC.
Berdasarkan riset selama bertahun tahun, terutama di-Amerika, Eropah dan juga di Asia bahwa getaran/frekwensi otak (pusat syaraf) pada manusia, berbeda untuk setiap fase ( sadar, tidur ringan, tidur lelap/nyenyak, kesurupan/trance, panik ), sehingga beberapa ahli (dokter) dalam bidang kejiwaan/psikiater, ( neurophysiologic ) dan dokter syaraf membuat suatu komitmen dan perjanjian sebagai berikut :
Getaran/Frekwensi :
• Gamma 16 Hz ~ 100 Hz
• Beta > 12 Hz
• SMR (SensoriMotor Rhythm) 12 Hz ~ 16 Hz
• Alpha ( Berger ‘s wave) 8 Hz ~ 12 Hz
• Theta 4 Hz ~ 8 Hz
• Delta 0.5 Hz ~ 4 Hz
Sebenarnya keseluruhan frekwensi tersebut bergabung secara acak (berinterferensi), namun dengan EEG, frekwensi gelombang ini dapat dianalisa dan diuraikan satu persatu dengan catatan bahwa pada saat diukur, frekwensi mana yang paling dominan, serta memiliki amplitudo tertinggi, itulah yang dianggap dan berada pada fase tersebut, apakah fase Beta, Alpha, Theta atau Delta dan seterusnya
Amplitudonya diukur dan berkisar antara 1 ~ 50 uVolt (microVolt), sedangkan arus listriknya tidak diperhitungkan.
GAMMA wave ( 16 hz ~ 100 hz )
Adalah getaran pusat syaraf (otak) yang terjadi pada saat seseorang mengalami “ aktifitas mental yang sangat tinggi”, misalnya sedang berada di arena pertandingan, perebutan kejuaraan, tampil dimuka umum, sangat panik, ketakutan, “nerveus”, kondisi ini dalam kesadaran penuh.


Gamma wave – EEG scan
Berdasarkan penyelidikan Dr. Jeffrey. D. Thompson. D.C.B.F.A (Center for acoustic research) di atas gamma sebenarnya masih ada lagi yaitu gelombang Hypergamma ( tepat 100 Hz ) dan gelombang Lambda (tepat 200 Hz), akan berpengaruh pada kemampuan SUPRANATURAL, METAFISIKA dan LEVITASI.
BETA wave ( diatas 12 hz atau dari 12 hz s/d 19 hz )
Adalah getaran pusat syaraf (otak) yang terjadi pada saat seseorang mengalami “ aktifitas mental yang sadar penuh dan normal “ aktif, konsentrasi penuh dan dapat dibagi pula menjadi 3 kelompok, yaitu highbeta ( 19 Hz + ) yang overlap/transisi dengan getaran gamma , lalu getaran beta ( 15 hz ~ 18 hz ), juga overlap/transisi dengan getaran gamma, selanjutnya lowbeta (12 hz ~ 15 hz).
Beta wave – EEG scan
SMR wave atau SensoriMotor Rhytm ( 12 hz ~ 16 hz )
SMR sebenarnya masih masuk kelompok getaran lowbeta, namun mendapatkan perhatian khusus dan juga baru dipelajari secara mendalam akhir2 ini oleh para ahli, karena penderita epilepsy , ADHD , ( Attention Deficit and Hyperactivity Disorder juga disebut ADD-Attention Deficit Disorder) dan autism tidak memiliki dan tidak mampu ber-“konsentrasi penuh” atau “fokus” pada suatu hal yang dianggap penting, dengan perkataan lain otak (pusat syaraf) sedikit bahkan tidak sama sekali menghasilkan getaran SMR .
Sehingga setiap pengobatan, baik jiwa maupun fisiknya, ditujukan agar merespon getaran SMR tersebut, biasanya diaktifkan dengan biofeedback/neurofeedback .
SMR / SensoriMotor Rhytm – EEG scan
ALPHA wave ( 8 hz ~ 12 hz )
Adalah gelombang pusat syaraf (otak) yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami “releksasi” atau mulai istirahat dengan tanda2 mata mulai menutup atau mulai mengantuk, atau suatu fase dari keadaan sadar menjadi tak sadar (atau bawah sadar), namun tetap sadar (walaupun kelopak mata tertutup), disinilah saat2 penting dimana seorang ahli hipnotis, mulai melakukan aktifitas hipnotisnya untuk memberikan sugesti kepada pasiennya sesuai perintah yang direncanakan kepada yang dihipnotis (objek)
Pada tahap permulaan MEDITASI (meditasi ringan) juga akan memasuki fase gelombang alpha.
Alpha wave – EEG scan
Frekwensi alpha 8 ~ 12 hz , merupakan frekwensi pengendali, penghubung dan melakukan aktifitas yang berpusat di-sel2 thalamic (electrical activity of thalamic pacemaker cells )
The thalamus (from Greek = bedroom, chamber) is a pair and symmetric part of the brain. It constitutes the main part of the diencephalon .
The diencephalon is the region of the brain that includes the thalamus , hypothalamus , epithalamus , prethalamus or subthalamus and pretectum . It is derived from the prosencephalon . The diencephalon is located at the midline of the brain, above the mesencephalon of the brain stem . The diencephalon contains the zona limitans intrathalamica as morphological boundary and signalling centre between the prethalamus and the thalamus.
Frekwensi alpha, 8 hz merupakan fase dan pintu masuk (gate-away) dari keadaan sadar menjadi tak sadar (bawah sadar) dan pintu masuk ke fase gelombang Theta ( 4 hz ~ 8 hz ), biasanya kondisi di tingkatan ini tidak berlangsung lama, dibanding dengan tingkatan lainnya ( gamma, beta, theta dan delta wave), namun merupakan bagian penting terutama bagi penderita ADHD , pada saat melakukan latihan-latihan dan pengobatan neurotherapy atau neurofeedback .
THETA wave ( 4 hz ~ 8 hz )
Adalah getaran pusat syaraf (otak) yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami “ keadaan tidak sadar atau tidur ringan ” atau sangat mengantuk , tanda2nya napas mulai melambat, dalam dan panjang, dibandingkan biasanya.
Jika dalam keadaan sadar (tidak tidur), kondisi ini masuk kefase atau dibawah pengaruh “trance”, kesurupan, hipnosis, MEDITASI DALAM, atau sedang menjalani ritual2 agama, atau mengalirnya tenaga psikologi (Prana/Yoga, Reiki, Chi, Chi Kung).
Dalam kondisi yang sadar (tidak tidur dan tidak dibawah pengaruh hipnotis, kesurupan atau epilepsi), seorang anak yang normal ( < 12 th) masih dapat memiliki getaran frekwensi theta, akan hilang sedikit demi sedikit setelah menjelang dewasa (kecuali pada saat menjelang tidur).
Theta wave – EEG scan
Seorang anak (terutama bayi dan balita), rata2 tidur lebih dari 12 jam setiap harinya, sehingga pada pusat syarafnya (otak) lebih banyak masuk dalam fase gelombang theta dan gelombang delta, ketimbang gelombang beta dan alpha, sehingga dalam kehidupan nyata sehari-harinya, lebih banyak cara berpikir yang tidak masuk akal (ber-angan2 atau seperti bermimpi walaupun dalam kondisi sadar) dan sedikit demi sedikit akan berubah setelah menjelang remaja/dewasa.
Berdasarkan penyelidikan para ahli, bahwa banyak terjadi kecelakaan pesawat udara, tabrakan, kebakaran, kecelakaan kapal laut, biasanya anak balita selamat (walaupun tidak selalu terjadi), ini dikarenakan anak2 mudah memasuk fase2 gelombang theta yang lama dan permanen, baik dalam keadaan tidur, maupun sadar, sehingga pada gelombang2 theta inilah terjadi mukjijat atau keajaiban, artinya ada tangan2 ajaib yang tak terlihat yang menolong anak2 ini dari kecelakaan.
Anak INDIGO ( anak super cerdas dan memiliki indra ke-enam / ESP /Extra sensory perception), juga termasuk yang mudah memasuki fase gelombang theta yang cukup lama dan dapat permanen.
Komunikasi dengan TUHAN juga akan terjadi apabila sebagai manusia biasa dapat memasuki fase gelombang theta (batas alpha – theta), misalnya pada saat kita berdoa, meditasi, melakukan ritual2 agama (apapun agamanya), sadar atau tidak sadar, mengerti atau tidak mengerti mengenai gelombang theta, apabila getaran otaknya diukur dengan EEG, maka dapat dipastikan bahwa pada saat itu sedang masuk difase gelombang theta (batas alpha-theta), sehingga bagi para ahli, akan berpendapat bahwa disetiap otak manusia ada terdapat yang disebut “GOD SPOT”
Sedangkan dalam kondisi tidur normal, seseorang pasti akan memasuki fase gelombang theta, walaupun hanya sebentar terutama secara periodik akan berpindah/bergeser ke-gelombang delta dan kembali ke theta berkali-kali diikuti getaran pelopak mata yang dikenal dengan REM ( rapid eyes movement ) dan Non REM atau NREM ( non rapid eyes movement ) selama tidur normal 7 ~ 8 jam perhari (lihat grafik dibawah), pada stage 1 dan 2 .
Schumann Resonance ( 7.83 Hz)
Schumann Resonance adalah getaran alam semesta pada frekwensi 7.83 Hz , yang juga masuk dalam kelompok gelombang theta, dianggap sebagai suatu keadaan mental seseorang yang apabila otak (pusat syaraf) nya mampu mengikuti resonansi ini akan masuk keadaan supranatural . ( ESP-extra sensory perception, hipnotis, telepati dan fenomena serta aktifitas mental lainnya)
Sedangkan Schumann resonance serta frekwensi diatasnya masuk kelompok frekwensi ELF (extremely low frequency pada bandwith 3 ~ 30 hz dan frekwensi infrasonic )
DELTA wave ( 0.5 hz ~ 4 hz )
Adalah getaran pusat syaraf (otak) yang memiliki amplitudo yang besar dan frekwensi yang rendah, biasanya < 3 hz, yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami “ keadaan tidur sangat lelap” atau anak dibawah usia 13 th ketika dalam keadaan sadar penuh. Dalam keadaan normal, seorang dewasa yang sedang tidur pada malam hari (lihat grafik dibawah), pada stage 3 dan 4 , NREM bukan pada stage 1 dan 2.
Delta wave – EEG scan
Akhirnya berdasarkan penyelidikan para ahli, bahwa seseorang yang menderita atau gangguan otak (fisik, benturan otak, pendarahan otak dan koma), maka fase getaran yang terjadi akan didominasi oleh gelombang delta.
Diagram tingkatan tidur ringan dan tidur dalam
Penemuan baru dibidang frekwensi dan gelombang otak manusia oleh Dr. Jeffrey D. Thompson, D.C., B.F.A . ,dari Neuroacoustic research, bahwa masih ada gelombang dan frekwensi lain dibawah delta, atau dibawah 0.5 hz, yaitu frekwensi EPSILON, yang juga sangat mempengaruhi aktifitas mental seseorang dalam kemampuan supranatural, seperti pada gelombang theta diatas.
METODE RESONANSI dan STIMULASI GELOMBANG OTAK
Resonansi pada garpu tala. Jika ada 2 buah garpu tala yang senada, apabila salah satu garpu tala diketuk T1 (digetarkan), lalu didekatkan tanpa menyentuhnya kepada garpu tala lain T2 , yang diam, maka garpu tala yang lain ini akan ikut bergetar, dengan nada yang sama. Maka garpu tala T2 disebut beresonansi (ikut bergetar) dengan garpu tala T1 .
Dua garpu tala yang beresonansi. Frequency Following Response (FFR) adalah respon dari otak yang mengikuti sinyal2 baik suara (audio) yang melalui telinga, maupun gambar ( visual ) melalui mata (terbuka/tertutup), dari luar tubuh, yang diinjeksikan atau dimasukan (BrainWave entrainment) berupa getaran atau gelombang yang mencapai target frekwensi/gelombang yang diinginkan (meditasi, penyembuhan, tidur nyenyak, belajar cepat dan seterusnya atau alpha,theta dst).
Bandingkan dengan resonansi garpu tala ( resonansi terjadi pada benda2 bergetar sedangkan FFR terjadi pada pusat syaraf/otak).
Resonansi pada otak dan pusat syaraf. Demikian pula dalam halnya pusat syaraf (otak) manusia, dengan diketahuinya setiap tingkat getaran/gelombang otak manusia yang mampu mengikuti (beresonansi) dari getaran suara (audio) melalui telinga dan gambar (visual) melalui mata, atau sinyal lainnya melalui alat peraba/perasa (tangan, tubuh, di belakang telinga), maka dapat diatur sekehendak kita untuk mencapai target2 aktifitas mental yang dikehendakinya (meningkatkan IQ, belajar cepat, meditasi, aktifitas2 supranatural, mengobati atau meningkatkan kesehatan bagi mereka yang menderita ADHD, ADD atau Autism, susah tidur dan seterusnya)
Namun sayangnya bahwa untuk mencapai hal tersebut diatas tidaklah mudah, seperti yang kita harapkan, karena keterbatasan pendengaran dan penglihatan manusia, misalnya sinyal suara, atau frekwensi suara, hanya dapat didengar dari 20 Hz s/d 20 khz itupun batas pendengaran efektip akan berlainan untuk setiap orang ( wanita, pria atau anak), bahkan anak kecil mampu mendengar suara diatas 20 Khz, namun rata2 manusia hanya dapat mendengar antara 50 hz s/d 8 khz saja.
Lalu bagaimana agar gelombang frekwensi suara yang diterima dan didengar oleh telinga kanan dan kiri dapat direspon dengan baik oleh otak (pusat syaraf) dan diterjemahkan sebagai gelombang2 beta, alpha, theta dan delta ( dan juga gamma, hypergamma, lamda dan epsilon )
Ada beberapa metode atau cara diantaranya dengan :
1. Binaural beats ( pelayangan sinyal suara )
Apabila 2 gelombang frekwensi f1 dan f2 (telinga kanan dan kiri ) dipadukan menjadi satu, maka secara matematik akan diperoleh hasil sebagai berikut :
• frekwensi dasar yaitu f1 dan f2.
• kelipatan atau harmonik ganjil dari masing2 frekwensi yaitu 3f1, 5f1 dst dan 3f2, 5f2 dst
• selisih dan jumlah dari kedua frekwensi dasar tersebut ( f1 – f2) dan (f1+f2).
Tergantung dari aplikasi matematis tersebut, pada penggunaan dan perhitungan untuk otak (pusat syaraf) manusia maka yang direspon “hanya” f1 dan f2 sebagai suara biasa dan ( f1 – f2 ) yang akan direspon oleh otak (pusat syaraf) sebagai gelombang2 gamma, beta, alpha, theta atau delta. Misalnya f1 = 400 hz dan f2 = 410 hz, maka ? f = 10 Hz direspon otak sebagai gelombang alpha, maka selisih dua frekwensi yang berbeda ini disebut binaural beat atau pelayangan 2 sinyal . Binaural beat ditemukan dan diselidiki pertama kali oleh Heinrich Wilhelm Dove pada tahun 1839 .
Binaural beat frequency
2. Gelombang ISOCHRONICS ( monaural beats)
Karena dengan sistim binaural beat diperlukan headphone (kiri dan kanan) atau pemasangan pengeras suara (speaker) yang dipasang tepat disamping kiri dan kanan, agar otak merespon cukup baik, maka sistim ini menjadi tidak effektif dan kurang kuat pengaruhnya terhadap otak (pusat syaraf), maka dipilih cara lainnya yang lebih baik, yaitu dengan sistim Isochronics.
Pada gelombang isochronic, maka baik suara yang didengar ditelinga kiri maupun kanan akan memiliki frekwensi suara dan amplitudo yang sama, hanya kedua sinyal tersebut dimodulasikan dengan impuls/switch on/off (hidup/mati) dengan batasan2 irama gelombang otak (beta, alpha, theta . Delta ) tersebut disesuaikan dengan target2 aktifitas mental yang akan dicapai seseorang.
Stimulasi gelombang otak adalah rangsangan2 (suara atau cahaya/gambar) yang dikirim keotak (pusat syaraf) melalui panca indra ( telinga atau mata), sehingga otak (pusat syaraf) akan merespon den mengikuti (resonansi) sesuai dengan irama dari jenis gelombang tersebut ( beta, alpha, theta, delta atau gamma).
Stimulasi gelombang otak yang memakai sistim isochronic lebih baik dari binaural beats karena :
Binaural beats memerlukan headphone stereo, sedangkan isochronic tidak, cukup yang mono atau 1 headphone atau mono-speaker.
Respon dari otak (pusat syaraf) jauh lebih kuat jika mempergunakan sistim isochronics
Stimulasi cahaya melalui mata
Stimulasi gelombang otak, dapat juga melalui cahaya atau melalui mata dengan gambar bergerak atau beranimasi (kelopak mata terbuka) atau mata tertutup dengan menyalakan dan mematikan cahaya hitam/putih atau berwarna (cahaya menembus kelopak mata memakai alat Audio strobe LED Glasses), yang disesuaikan dengan irama gelombang otak (beta, alpha, theta, delta ), dengan perkataan lain ber-kelap – kelip atau fliker.
Audio Strobe ( LED Glasses )
LED glasses are a powerful and effective way to entrain the brain. Like the light pulses embedded into visual plugins, AudioStrobe uses light to entrain the brain. LEDs are mounted onto glasses and positioned an inch or two away from the eyelids. The lights are then flashed according to the target brainwave frequency.
Dengan adanya respon dari otak (pusat syaraf), mengakibatkan timbulnya impuls2 listrik diotak (2 ~ 10 microVolt) yang disebut CER ( Cortical Evoked Response ), yang dapat dibaca oleh EEG (electroenchepalogram) untuk pemeriksaan efektifitas, pengujian dan monitoring .
Frequency Following Response (FFR) adalah respon dari otak yang mengikuti sinyal2 baik suara ( isochronics atau binaural beat ) maupun gambar ( visual ) dari luar tubuh, untuk mencapai target yang diinginkan (meditasi, penyembuhan, tidur nyenyak, belajar cepat dan seterusnya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar